Disebutkannya, roda pemerintahan masih dipegang oleh bupati sembari menunggu proses hukum lebih lanjut. Namun ketika status hukumnya sudah ditetapkan menjadi tersangka, Teddy menegaskan secara otomatis pemegang jalannya roda pemerintah berpindah ke wakil bupati. "Ya oleh Wabup (wakil bupati)," singkatnya.
Dihubungi terpisah melalui layanan Blackberry Massanger (BBM), Cellica yang tengah menjalani ibadah umrah itu mengaku kaget saat mendapat informasi penangkapan bupati beserta istrinya. Menurutnya, ini merupakan cobaan dari Allah. "Kami semua di sini turut mendoakan semoga beliau diberi kekuatan untuk melaluinya," katanya.
Dimintai komentarnya soal Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Karawang, Cellica enggan berkomentar. "Kalau itu saya enggak mau jawab. Lihat nanti saja, karena saya masih umrah. Saya sudah beli tiket sebentar lagi Insya Allah pulang ke Karawang," jawabnya. Cellica sendiri memang sudah sepekan terakhir berada di Makkah untuk menjalankan ibadah umrah.
Sedangkan soal nasib Nurlatifah, Sekretaris DPC Partai Gerindra Karawang Endag Sodikin mengatakan, dirinya masih menunggu evaluasi dari pimpinan pusat. "Sikap kami menunggu arahan dari DPP kang, semua orang kan tahu berita ini, DPC hanya akan menjalakan mandat partai saja," singkatnya.
Money Changer Disegel KPK
Selain melakukan penangkapan terhadap Bupati Karawang dan istrinya, Hj Nurlatifah, KPK juga menyegel sebuah outlet yang terletak di Mal Karawang Central Plaza (KCP). Belum ada kejelasan informasi outlet Money Changer yang dipasangi garis KPK.
Namun, Manager Marketing Mal KCP Heru Ma'had mengatakan, KPK melakukan penyegelan tersebut pada pukul 21.00 WIB, berbarengan dengan penangkapan di rumah dinas bupati. "Memang cepat sekali, jam 9 malam ada petugas KPK yang langsung melakukan penyegelan dan memberi garis KPK," kata dia kepada Suara Karawang.
Saat disinggung alasan penyegelan itu dan siapakah gerangan pemilik outlet Money Changer, Heru enggan memberikan penjelasan. "Waduh kalau itu besok deh kita konferensi pers. Karena yang jawabnya harus bagian gedung yang tahu pasti. Kalau saya mah cuma bagian event dan marketing aja," kata dia.
Heru pun berjanji akan melakukan konferensi pers sore ini untuk menjelaskan secara gamblang, dan jelas soal ruko yang disegel KPK agar tidak menjadi pertanyaan publik. "Insya Allah, besok (hari ini) kita undang semua media untuk menjelaskan permasalahan ini, sabar yah," pintanya.
Dalam obrolan ringan, Heru juga menampik bahwa penyegelan itu gara-gara transaksi pemberian uang. "Logikanya gak lah, masa gara-gara ada orang lain transaksi terus tempat usaha orang kudu ditutup. Kalau aset mungkin bisa jadi," tambah Heru.
KCP memang menjadi lokasi pencidukan beberapa orang yang dilakukan KPK kaitan dengan dugaan kasus pemerasan, yang dilakukan Bupati Karawang, Ade Swara dan istrinya Hj Nurlatifah.
Sementara itu, kantor dan rumah dinas bupati juga tertutup rapat. Tidak boleh sembarang orang bisa masuk ke dalam, petugas Satpol PP berjaga di kantor. Bahkan, tidak terlihat adanya aktivitas kehidupan di kantor orang nomor satu di Karawang ini. Menurut Kabid Pengendalian Operasi Satpol PP Karawang Dede Tasria, sterilisasi dilakukan setelah disegel KPK sejak Kamis malam. "Sementara tidak ada yang masuk, ada garis KPK," katanya.
Namun ditanya soal penggeledahan, Dede tak tahu banyak soal ini. Yang pasti pada Kamis malam KPK langsung melakukan penyegelan di dua ruang tersebut, dan belum tahu hingga kapan bisa dibuka kembali. "Sampai masalah terang benderang, tidak tahu langsung sudah disegel. Kita tidak tahu digeledah atau tidak," tuturunya.
Tak jauh berbeda, kondisi RDB juga terlihat kosong. Bahkan, pintu gerbang yang biasanya terbuka lebar ini sudah tertutup rapat dijaga ketat Satpol PP. Hanya terlihat beberapa kendaraan pribadi dan kendaraan dinas yang terparkir di halaman. "Tidak ada orang di dalam, kosong," kata petugas Satpol PP yang berjaga di sana.
Kondisi yang sama juga terlihat di kediaman keluarga bupati di Desa Cilamaya. Tidak nampak lalu lalang kendaraan masuk ke halaman rumahnya. Begitupun penjaga maupun penghuninya tidak nampak beraktivitas di rumah berwarna pink yang terletak di Pertigaan Pasar Cilamaya itu. Bahkan, pintu rumah mewah itu terkunci rapat.
Salah seorang warga Cilamaya, Niki (30) mengaku baru mendengar isu penangkapan Hj Nurlatifah tersebut pagi hari. Selama ini, Nurlatifah memang dikenal orang terpandang di kampung halamannya. Sebelum menjadi Bupati, keluarga Ade Swara tersohor sebagai pengusaha walet dan pemilik toko mas yang selalu ramai pengunjung. Setelah menjabat bupati, Ade Swara dan istrinya sudah jarang menghuni rumahnya lagi karena sering di Karawang. Namun sesekali pulang saat rehat kerja atau ketika Idul Fitri.
Kaur Kesra Desa Cilamaya Yayan S Mulya mengatakan, sejak menjabat bupati, rumahnya di Cilamaya sudah jarang dihuni lagi baik oleh Ade Swara, Nurlatifah, maupun putra putrinya.
Ia juga mengatakan, NH yang sempat ditangkap KPK bukanlah Kades Cilamaya saat ini, melainkan kades periode 2000 sampai 2008. Dalam banyak pemberitaan dikatakan sebagai saudara bupati, padahal sebatas orang dekat saja. Pasalnya, adik dari Hj Nurlatifah bernama Sihabudin juga sempat menjabat Kades Cilamaya sebelum NH, namun Kades Sihabbudin meninggal setelah ditembak saat mencairkan uang dua tahun saat menjabat kades. Barulah lanjut Yayan, NH ini menikahi mantan istri Sihabudin.
Usai menjabat kades, diakuinya NH sudah jarang terlihat di Cilamaya. Dirinya tidak mengetahui apakah NH menjadi pengembang, pemborong atau bukan. "Adiknya Nurlatifah itu almarhum Sihabudin, nah istrinya atau iparnya Nurlatifah itu dinikahi sama NH yang tertangkap KPK itu," katanya. (vid/fah/rud/ops)