KARAWANG, KarawangNews.com - Perajin batu bata di Desa Karyasari, Kecamatan Rengasdengklok mengaku turun omset pada bulan ini, karena sejak awal tahun 2014 cuaca tidak mendukung. Meski harga batu bata naik, tetapi stoknya terbatas, karena terkendala cuaca yang selalu mendung dan hujan.
Seperti diungkapkan Sukardi (45), saat ini harga batu bata Rp 250 per buah, padahal sebelumnya harga batu bata hanya Rp 220.
"Alhamdulillah, untuk bulan ini harga bata naik, tapi stok terbatas, karena menghadapi hujan, makanya kebanyakan omset kami turun untuk bulan ini," ujar Sukardi, Minggu (22/3/2014).
Ia menjelaskan, batu bata di desanya dipasarkan hingga ke luar Karawang, meliputi Bekasi, Bogor, Purwakarta dan Cianjur. Kata dia, bata yang dicetak dua jenis ukuran, yaitu super dan biasa. Untuk yang super perbatanya dijual satuan Rp 320 saat ini, sedangkan untuk yang biasa persatuannya Rp 250.
"Yang paling umum dicari jenis bata kecil, tapi akibat sering hujan makanya produksinya jadi terkendala, banyak cetakan bata yang tidak bisa dikeringkan perajin," ungkapnya, menuturkan perajin di desanya sebagian besar masih melakukan produksi dengan teknik konvensional.
"Gak ada open, semuanya masih manual. Ada matahari, berarti produksi bisa bertambah, begitu pun sebaliknya, produksi turun ketika ada hujan," jelasnya. (ari)
Seperti diungkapkan Sukardi (45), saat ini harga batu bata Rp 250 per buah, padahal sebelumnya harga batu bata hanya Rp 220.
"Alhamdulillah, untuk bulan ini harga bata naik, tapi stok terbatas, karena menghadapi hujan, makanya kebanyakan omset kami turun untuk bulan ini," ujar Sukardi, Minggu (22/3/2014).
Ia menjelaskan, batu bata di desanya dipasarkan hingga ke luar Karawang, meliputi Bekasi, Bogor, Purwakarta dan Cianjur. Kata dia, bata yang dicetak dua jenis ukuran, yaitu super dan biasa. Untuk yang super perbatanya dijual satuan Rp 320 saat ini, sedangkan untuk yang biasa persatuannya Rp 250.
"Yang paling umum dicari jenis bata kecil, tapi akibat sering hujan makanya produksinya jadi terkendala, banyak cetakan bata yang tidak bisa dikeringkan perajin," ungkapnya, menuturkan perajin di desanya sebagian besar masih melakukan produksi dengan teknik konvensional.
"Gak ada open, semuanya masih manual. Ada matahari, berarti produksi bisa bertambah, begitu pun sebaliknya, produksi turun ketika ada hujan," jelasnya. (ari)