KARAWANG, KarawangNews.com - Kondisi Karawang yang dikelilingi sungai-sungai besar, seperti Sungai Citarum, Sungai Cibeet, dan Sungai Cilamaya ditambah irigasi Tarum merupakan kondisi daerah yang riskan terkena bencana banjir. Ini bisa dibuktikan dengan kejadian banjir kemarin yang disebabkan buruknya daerah resapan air ditambah meluapnya ketiga sungai tersebut.
Hal itu dijelaskan Ketua harian FORKADASC, Hendro Wibowo pada kesempatan bicara di forum diskusi bersama Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Acep Jamhuri, Senin (3/3/2014) di Karawang. Menurut Hendro, penyebab bencana banjir dan dampaknya ini akan melahirkan kemiskinan baru di Kabupaten Karawang.
�Sekarang banjir di Kabupaten Karawang selalu terjadi setiap permusim hujan, ini harus segera diatasi, karena jika ini terus terjadi, maka akan mengakibatkan kemiskinan baru,� jelasnya.
Menurutnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Karawang bisa diperoleh dengan jumlah besar, mengingat banyaknya investor yang menanamkan usahanya di Kabupaten Karawang, tetapi PAD itu akan sia-sia jika Kabupaten Karawang terus dilanda bencana tanpa ada solusi, karena bencana banjir yang seing terjadi ini tentunya akan menghilangkan mata pencaharian warga, seperti petani yang sawahnya terendam, begitu pun pedagang yang rumahnya kebanjiran, mereka praktis tidak bisa usaha selama menghadapi hari-hari banjir itu.
Kata Hendro, Karawang memang wilayah yang dibangun dalam dataran yang penuh air sejak zaman dahulu, maka perlu dipahami sistem pengairan Karawang sudah dibuat oleh alam, Namun begitu, sistem pengairan tersebut justru kini semakin sempit seiring tumbuhnya pembangunan kota dan daerah di Kabupaten Karawang.
�Sehingga perlu perbaikan sistem air normal lagi di Kabupaten Karawang ini.� ungkapnya.
Di tempat sama, Acep Jamhuri menyampaikan, jika peradaban Kabupaten Karawang memang di bentuk oleh dataran yang penuh air, maka pada zaman dahulu aktivitas masyarakat yang mempergunakan sarana air begitu banyak.
�Maka. Karawang harus mengembalikan peradabannya lagi dengan mencintai sungainya,� kata Acep.
Dengan kondisi sistem pengairan di Karawang saat ini, Acep menjelaskan, bukan saatnya sekarang untuk saling mengandalkan atau menyalahkan seseorang atau kelompok lain, tetapi sekarang saatnya saling bersinergitas untuk menyelesaikan permasalahan banjir di Kabupaten Karawang, karena Karawang merupakan kota peradaban yang jaya dan harus membangkitkan peradaban yang jaya itu kembali. (spn)
Hal itu dijelaskan Ketua harian FORKADASC, Hendro Wibowo pada kesempatan bicara di forum diskusi bersama Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Acep Jamhuri, Senin (3/3/2014) di Karawang. Menurut Hendro, penyebab bencana banjir dan dampaknya ini akan melahirkan kemiskinan baru di Kabupaten Karawang.
�Sekarang banjir di Kabupaten Karawang selalu terjadi setiap permusim hujan, ini harus segera diatasi, karena jika ini terus terjadi, maka akan mengakibatkan kemiskinan baru,� jelasnya.
Menurutnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Karawang bisa diperoleh dengan jumlah besar, mengingat banyaknya investor yang menanamkan usahanya di Kabupaten Karawang, tetapi PAD itu akan sia-sia jika Kabupaten Karawang terus dilanda bencana tanpa ada solusi, karena bencana banjir yang seing terjadi ini tentunya akan menghilangkan mata pencaharian warga, seperti petani yang sawahnya terendam, begitu pun pedagang yang rumahnya kebanjiran, mereka praktis tidak bisa usaha selama menghadapi hari-hari banjir itu.
Kata Hendro, Karawang memang wilayah yang dibangun dalam dataran yang penuh air sejak zaman dahulu, maka perlu dipahami sistem pengairan Karawang sudah dibuat oleh alam, Namun begitu, sistem pengairan tersebut justru kini semakin sempit seiring tumbuhnya pembangunan kota dan daerah di Kabupaten Karawang.
�Sehingga perlu perbaikan sistem air normal lagi di Kabupaten Karawang ini.� ungkapnya.
Di tempat sama, Acep Jamhuri menyampaikan, jika peradaban Kabupaten Karawang memang di bentuk oleh dataran yang penuh air, maka pada zaman dahulu aktivitas masyarakat yang mempergunakan sarana air begitu banyak.
�Maka. Karawang harus mengembalikan peradabannya lagi dengan mencintai sungainya,� kata Acep.
Dengan kondisi sistem pengairan di Karawang saat ini, Acep menjelaskan, bukan saatnya sekarang untuk saling mengandalkan atau menyalahkan seseorang atau kelompok lain, tetapi sekarang saatnya saling bersinergitas untuk menyelesaikan permasalahan banjir di Kabupaten Karawang, karena Karawang merupakan kota peradaban yang jaya dan harus membangkitkan peradaban yang jaya itu kembali. (spn)