KARAWANG, KarawangNews.com - Dar der dor, suara tembakan Polisi Huru Hara (PHH) meletus membubarkan aksi massa di Karangpawitan, Selasa (4/3/2014) siang, polisi berhasil memukul mundur dan membubarkan massa yang anarkis tersebut dengan gas air mata. Tak ayal, massa yang membuat kerusuhan tersebut berlarian kocar-kacir, bahkan polisi berhasil menciduk dua orang yang dianggap provokator kerusuhan.
Para demonstran ini menuntut agar penghitungan suara diulang, karena diindikasikan terjadi kecurangan, jika hal ini tak bisa diselesaikan, maka massa tersebut menuntut agar Pemilu diulang lagi, karena dianggap merugikan sepihak.
Aksi kerusuhan ini tentu saja tak memakan korban di kedua belah pihak dan tak ada kerugian materi, karena hanya simulasi gabungan yang digelar Polres Karawang bersama Sispamdu Zhadoel, Citra Bhayangkara dan masyarakat, termasuk pelajar. Simulasi ini merupakan persiapan pengamanan Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2014, simulasi ini ditonton Asda Kabupaten Karawang, Teddy Rusfendi, KPU dan Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Karawang.
Dijelaskan Kapolres Karawang, AKBP Tubagus Ade Hidayat, pada Pileg 2014 ini dikerahkan sebanyak 1.608 aparat polisi yang berjaga untuk mengamankan hasil suara pemilu se-Kabupaten Karawang, pihaknya pun menyiapkan sebanyak 3 Satuan Setingkat Kompi (SSK) jika terjadi kerusuhan. Namun begitu, kapolres meminta agar setiap permasalahan bisa secepatnya diselesaikan, sebelum menjadi aksi massa yang brutal.
"Situasi kerusahan tidak akan terjadi di Karawang, untuk itu peserta dan penyelenggara Pemilu. harus bisa memecahkan masalah, sehingga tidak berlarut-larut dan menyebabkan demontrasi seperti ini," jelasnya.
Dengan demikian, kapolres menegaskan, agar semua pihak meningkatkan kepekaan dan menyelesaikan permasalahan hasil penghitungan suara Pemilu sejak awal permasalahan itu muncul. Dia juga menyampaikan, agar semua pihak menahan diri jika terjadi kesalahpahaman soal penghitungan suara tersebut, sehingga Pemilu yang merupakan pilar demokrasi bisa berjalan baik.
Kapolres juga meminta agar jajarannya bisa lebih baik dibanding simulasi ini, juga agar mempersiapkan mental menghadapi kemungkinan terjadi kerusuhan. Diakuinya, potensi kerusuhan itu bisa terjadi, karena setiap pelaksanaan Pemilu selalu ada riak-riak masalah di masyarakat. (spn)
Para demonstran ini menuntut agar penghitungan suara diulang, karena diindikasikan terjadi kecurangan, jika hal ini tak bisa diselesaikan, maka massa tersebut menuntut agar Pemilu diulang lagi, karena dianggap merugikan sepihak.
Aksi kerusuhan ini tentu saja tak memakan korban di kedua belah pihak dan tak ada kerugian materi, karena hanya simulasi gabungan yang digelar Polres Karawang bersama Sispamdu Zhadoel, Citra Bhayangkara dan masyarakat, termasuk pelajar. Simulasi ini merupakan persiapan pengamanan Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2014, simulasi ini ditonton Asda Kabupaten Karawang, Teddy Rusfendi, KPU dan Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Karawang.
Dijelaskan Kapolres Karawang, AKBP Tubagus Ade Hidayat, pada Pileg 2014 ini dikerahkan sebanyak 1.608 aparat polisi yang berjaga untuk mengamankan hasil suara pemilu se-Kabupaten Karawang, pihaknya pun menyiapkan sebanyak 3 Satuan Setingkat Kompi (SSK) jika terjadi kerusuhan. Namun begitu, kapolres meminta agar setiap permasalahan bisa secepatnya diselesaikan, sebelum menjadi aksi massa yang brutal.
"Situasi kerusahan tidak akan terjadi di Karawang, untuk itu peserta dan penyelenggara Pemilu. harus bisa memecahkan masalah, sehingga tidak berlarut-larut dan menyebabkan demontrasi seperti ini," jelasnya.
Dengan demikian, kapolres menegaskan, agar semua pihak meningkatkan kepekaan dan menyelesaikan permasalahan hasil penghitungan suara Pemilu sejak awal permasalahan itu muncul. Dia juga menyampaikan, agar semua pihak menahan diri jika terjadi kesalahpahaman soal penghitungan suara tersebut, sehingga Pemilu yang merupakan pilar demokrasi bisa berjalan baik.
Kapolres juga meminta agar jajarannya bisa lebih baik dibanding simulasi ini, juga agar mempersiapkan mental menghadapi kemungkinan terjadi kerusuhan. Diakuinya, potensi kerusuhan itu bisa terjadi, karena setiap pelaksanaan Pemilu selalu ada riak-riak masalah di masyarakat. (spn)