SUBANG, KarawangNews.com - Proyek pengecoran jalan di kabupaten Subang, terus diupayakan pemerintah setempat, secara bertahap. Sayangnya, proyek jalan itu justru menjadi ladang cari uang bagi oknum wartawan.
Di daerah Mekarwangi, Desa Cilamaya Girang, Blanakan, Subang misalnya, proyek perbaikan jalan sekitar 50 meter itu terus digenjot. Tiga mobil molen berkapasitas empat kubik semen cair diturunkan untuk mekamsimalkan proyek jalan tersebut.
Sayangnya di balik proyek pengecoran jalan ini, ada oknum wartawan yang memanfaatkan jatah uang. Dengan dalih meliput berita pengecoran jalan, mereka kerap meminta uang bensin dan uang makan kepada mandor lapangan.
�Biasanya wartawan datang bergerombol tiga atau empat orang tampangnya sangar dengan rambut gondrong dan mebawa koran lusuh mereka mengaku wartawan, sambil menunjukan ID Pers salah satu surat kabar dua mingguan dari Jakarta," kata Dahlan, mandor dari salah satu kontraktor pengecoran asal Subang, (12/10/2013) siang.
Biasanya, kata Dahlan, mereka yang mengaku wartawan itu meminta Rp100 ribu hingga Rp 200 ribu per orang. Untuk menghindari cekcok mulut dan mengarahkan tindakan anarkis, terpaksa Dahlan harus menyerahkan sejumlah lembaran kepada mereka, meski berat hati.
"Saya faham wartawan juga manusia, jika mereka datang secara sopan saya juga akan menghargai tugas mereka sebagai wartawan," akunya.
Kata Dahlan, bukan hanya satu atau dua wartawan yang meminta uang bensin dalam satu proyek pengecoran, tapi hampir lima orang wartawan yang datang ke lokasi proyek tersebut. Mayoritas, mereka yang datang berasal dari media dua mingguan di Karawang.
"Saya sebagai orang lapangan tidak mau ada keributan biasanya saya kasih setiap wartawan Rp 50 ribu buat uang bensin. Jika ada lima orang wartawan 50 dikali 5 orang sudah Rp 250 ribu sehari, tapi kadang lebih karena mereka memintanya lebih," tuturnya. [tinjau]
Di daerah Mekarwangi, Desa Cilamaya Girang, Blanakan, Subang misalnya, proyek perbaikan jalan sekitar 50 meter itu terus digenjot. Tiga mobil molen berkapasitas empat kubik semen cair diturunkan untuk mekamsimalkan proyek jalan tersebut.
Sayangnya di balik proyek pengecoran jalan ini, ada oknum wartawan yang memanfaatkan jatah uang. Dengan dalih meliput berita pengecoran jalan, mereka kerap meminta uang bensin dan uang makan kepada mandor lapangan.
�Biasanya wartawan datang bergerombol tiga atau empat orang tampangnya sangar dengan rambut gondrong dan mebawa koran lusuh mereka mengaku wartawan, sambil menunjukan ID Pers salah satu surat kabar dua mingguan dari Jakarta," kata Dahlan, mandor dari salah satu kontraktor pengecoran asal Subang, (12/10/2013) siang.
Biasanya, kata Dahlan, mereka yang mengaku wartawan itu meminta Rp100 ribu hingga Rp 200 ribu per orang. Untuk menghindari cekcok mulut dan mengarahkan tindakan anarkis, terpaksa Dahlan harus menyerahkan sejumlah lembaran kepada mereka, meski berat hati.
"Saya faham wartawan juga manusia, jika mereka datang secara sopan saya juga akan menghargai tugas mereka sebagai wartawan," akunya.
Kata Dahlan, bukan hanya satu atau dua wartawan yang meminta uang bensin dalam satu proyek pengecoran, tapi hampir lima orang wartawan yang datang ke lokasi proyek tersebut. Mayoritas, mereka yang datang berasal dari media dua mingguan di Karawang.
"Saya sebagai orang lapangan tidak mau ada keributan biasanya saya kasih setiap wartawan Rp 50 ribu buat uang bensin. Jika ada lima orang wartawan 50 dikali 5 orang sudah Rp 250 ribu sehari, tapi kadang lebih karena mereka memintanya lebih," tuturnya. [tinjau]