SUBANG, KarawangNews.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang, siaga menghadapi kemungkinan terburuk dari aktivitas Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai tindak antisifasi, Dinkes setempat membuka layanan 24 jam nonstop di seluruh Puskesmas yang berdekatan dengan Gunung Tangkuban Parahu.
Dalam beberapa hari terakhir ini aktivitas gunung Tangkuban Parahu yang berada di perbatasan Subang-bandung Barat itu mengalami peningkatan. Wisata pegunungan terbear di jabar itu, kini disterilkan dari pedagang dan wisatawan. Sebagai upaya antisifasi, pihak Dinkes membuka layanan kesehatan sejak Senin (7/10/203) kemarin.
"Tim kami juga sudah diterjunkan ke lapangan dan melaporkan terus informasi terkini di pos pemantauan Gunung Tangkuban Parahu," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Subang Syamsurizal kepada wartawan.
Namun, diakui Syamsurizal, dampak yang ditimbulkan letusan kecil Gunung Tangkuban Parahu tersebut belum terasa. Langkah pertama untuk mengantisipasi bahaya sebaran debu vulkanilk tersebut, pihaknya sudah mempersiapkan masker yang akan dibagi-bagikan secara gratis.
"Sejauh ini belum ada laporan warga yang terkena dampak sebaran debu vulkanik. Tapi kita sudah siapkan masker yang akan dibagi-bagikan secara gratis. karena terbatas, yang belum kebagian siapkan saja handuk kecil basah," tutur Syamsurizal.
Petugas pengamat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada penurunan kadar SO2 (sulfur dioksida) di kawah ratu pada Selasa (8/10/2013) pagi ini. Jika pascaletusan Sabtu (5/10/2013) kadar SO2 yang merambat di Kawah Ratu mencapai 10,1 ppm (part per million), maka hari ini kadar SO2 justru turun mencapai 4,8 hingga 7,5 ppm.
"Kalau H2S (Hidrogen Sulfide) masih di bawah ambang batas jadi tidak berbahaya," kata Ketua Tim Tanggap Bencana Gunung Tangkuban Parahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hetty Triastuti di Lembang, Selasa siang.
Hetty menjelaskan, meski kadar SO2 di kawah ratu saat ini cenderung menurun, bukan berarti gas tersebut menjadi tidak berbahaya. Pasalnya, kandungan gas tersebut berada diatas ambang batas normal yang seharusnya hanya 2 sampai 4 ppm. Jika terhirup, kata Hetty, gas tersebut bisa menimbulkan gejala-gejala seperti pusing-pusing hingga batuk.
"Yang berbahaya kalau keluar CO (karbon monoksida). Tapi intinya semua tetap berbahaya," ucapnya. (tinjau)
Dalam beberapa hari terakhir ini aktivitas gunung Tangkuban Parahu yang berada di perbatasan Subang-bandung Barat itu mengalami peningkatan. Wisata pegunungan terbear di jabar itu, kini disterilkan dari pedagang dan wisatawan. Sebagai upaya antisifasi, pihak Dinkes membuka layanan kesehatan sejak Senin (7/10/203) kemarin.
"Tim kami juga sudah diterjunkan ke lapangan dan melaporkan terus informasi terkini di pos pemantauan Gunung Tangkuban Parahu," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Subang Syamsurizal kepada wartawan.
Namun, diakui Syamsurizal, dampak yang ditimbulkan letusan kecil Gunung Tangkuban Parahu tersebut belum terasa. Langkah pertama untuk mengantisipasi bahaya sebaran debu vulkanilk tersebut, pihaknya sudah mempersiapkan masker yang akan dibagi-bagikan secara gratis.
"Sejauh ini belum ada laporan warga yang terkena dampak sebaran debu vulkanik. Tapi kita sudah siapkan masker yang akan dibagi-bagikan secara gratis. karena terbatas, yang belum kebagian siapkan saja handuk kecil basah," tutur Syamsurizal.
Petugas pengamat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada penurunan kadar SO2 (sulfur dioksida) di kawah ratu pada Selasa (8/10/2013) pagi ini. Jika pascaletusan Sabtu (5/10/2013) kadar SO2 yang merambat di Kawah Ratu mencapai 10,1 ppm (part per million), maka hari ini kadar SO2 justru turun mencapai 4,8 hingga 7,5 ppm.
"Kalau H2S (Hidrogen Sulfide) masih di bawah ambang batas jadi tidak berbahaya," kata Ketua Tim Tanggap Bencana Gunung Tangkuban Parahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hetty Triastuti di Lembang, Selasa siang.
Hetty menjelaskan, meski kadar SO2 di kawah ratu saat ini cenderung menurun, bukan berarti gas tersebut menjadi tidak berbahaya. Pasalnya, kandungan gas tersebut berada diatas ambang batas normal yang seharusnya hanya 2 sampai 4 ppm. Jika terhirup, kata Hetty, gas tersebut bisa menimbulkan gejala-gejala seperti pusing-pusing hingga batuk.
"Yang berbahaya kalau keluar CO (karbon monoksida). Tapi intinya semua tetap berbahaya," ucapnya. (tinjau)