KARAWANG, KarawangNews.com - Petugas Penyuluh Lapangan BP3K Kutawaluya, Enjas mencatat, kegagalan panen tahun 2013 bukan disebabkan oleh faktor sumber daya masyarakat, terutama pola tanam yang umumnya diterapkan dinas pertanian pada kepada petani, seperti pada pola tanam SRI dari dinas pertanian luas 15.000 Ha di tangan petani penggarap.
PPL di Kecamatan Kutawaluya, sambung Enjas, menilai pola tanam SRI dari dinas pertanian hanya merubah jumlah pendapatan standar ideal untuk serapan gabah dari hasil produksi satu hektar lahan. Rata-rata, satu hektar lahan sawah dari 12 desa tidak sampai target 5 ton/Ha.
"Kami catat memang ada penurunan sekitar 1/2 ton/Ha di seluruh desa se-Kecamatan Kutawaluya," jelasnya, Senin (11/11/2013).
Kata dia, pola pikir masyarakat petani di pedesaan se-Kabupaten Karawang tidak terganggu oleh penyusutan jumlah serapan gabah dari tani di desa-desa. Diantaranya, PPL bisa memastikan petani mulai terlepas dari jeratan sistim ijon para tengkulak.
"Serapan tetap yarnen (bayar panen, red) tidak ada petani tergiring sistim ijon tengkulak," ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, ketika jual beli hasil panen dengan simpul para pengepul di lokasi produksi sudah tersentuh oleh program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari perbankan. Kendati demikian, dipastikan bukan hanya dari badan usaha dengan jenis perbankan, diantaranya melalui program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
"Petani juga disuntik oleh program SLPTT dari tingkat kabupaten maupun Provinsi Jawa Barat." kata dia.
SLPTT membawa pengaruh besar terhadap pola fikir kalangan petani di desa-desa agar tidak lagi terbelenggu pada sistim ijon ketika target produksi tidak sesuai harapan. (get)
PPL di Kecamatan Kutawaluya, sambung Enjas, menilai pola tanam SRI dari dinas pertanian hanya merubah jumlah pendapatan standar ideal untuk serapan gabah dari hasil produksi satu hektar lahan. Rata-rata, satu hektar lahan sawah dari 12 desa tidak sampai target 5 ton/Ha.
"Kami catat memang ada penurunan sekitar 1/2 ton/Ha di seluruh desa se-Kecamatan Kutawaluya," jelasnya, Senin (11/11/2013).
Kata dia, pola pikir masyarakat petani di pedesaan se-Kabupaten Karawang tidak terganggu oleh penyusutan jumlah serapan gabah dari tani di desa-desa. Diantaranya, PPL bisa memastikan petani mulai terlepas dari jeratan sistim ijon para tengkulak.
"Serapan tetap yarnen (bayar panen, red) tidak ada petani tergiring sistim ijon tengkulak," ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, ketika jual beli hasil panen dengan simpul para pengepul di lokasi produksi sudah tersentuh oleh program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari perbankan. Kendati demikian, dipastikan bukan hanya dari badan usaha dengan jenis perbankan, diantaranya melalui program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
"Petani juga disuntik oleh program SLPTT dari tingkat kabupaten maupun Provinsi Jawa Barat." kata dia.
SLPTT membawa pengaruh besar terhadap pola fikir kalangan petani di desa-desa agar tidak lagi terbelenggu pada sistim ijon ketika target produksi tidak sesuai harapan. (get)