Yusuf memperlihatkan rumput laut kering siap jual ke Tangerang. |
Hasil panen rumput laut di tiga kabupaten itu dikirim ke pabrik ke pengolah makanan agar-agar di wilayah Tangerang, sementara pengemasan masih dilakukan manual di rumahnya di Dusun Tamiang, RT 11, RW 04, Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya. Diakuinya, setelah memulai budidaya di Karawang seluas 40 Ha, dia mengembangkan sekitar 24 Ha di Subang tahun 2012 dan di Bekasi tahun 2013, mengingat rumput memiliki potensi bisnis lebih dibanding ikan bandeng.
Kata Yusuf, produksi ini masih sulit dipahami masyarakat bahwa budidaya kultur ini sebenarnya sangat menguntungkan, sehinigga butuh proses dan contoh untuk memperkenalkan budidaya rumput laut ini. Diakui Yusuf, sejak awal melakukan polikultur rumput laut di tambak ikan bandengnya secara materi kini penghasilannya bertambah, terbesar dihasilkan dari hasil rumput laut.
"Secara materi juga sekarang sudah terbeli tambak ikan sekitar 2,5 Ha untuk memperluas area budidaya rumput laut, mengingat sejak merintis yang saya gunakan adalah tambak sewaan. Selain itu, untuk masyarakat yang sudah mengembangkan ternyata mereka cukup terangkat ekonominya," kata Yusuf, Minggu (25/11/2013) siang di rumahnya.
Dia mencontohnya, petani bernama Ajan yang ikut polikutur rumput laut juga. Sebelumnya Ajan hanya budidaya ikan bandeng dengan penghasilan sekitar 600 Kg selama 4 bulan atau rata-rata penghasilan sekitar Rp 8.400.000, tetapi setelah dia membudidaya rumput laut seluas 1,2 Ha di area tambaknya, hanya selama 3 bulan dia mendapat penghasilan 9 ton rumput laut atau sekitar Rp Rp 18 juta.
"Pengasilan dia kini lebih besar hasil panen rumput laut dibanding ikan bandengnya," jelas Yusuf.
Polikultur rumput laut yang ditanam bersamaan dengan ikan bandeng ini ternyata konsep budidaya perikanan yang ramah lingkungan, ini sudah dilakukan di Negara Jepang yang disebut 'Sato Umi'. Kini, 'Sato Umi' yang sedang 'ngetren' di Jepang pun mulai jadi 'tren' baru polikutur rumput laut di Tirtajaya.
mengingat rumput laut yang dalam Bahasa Latinnya 'gracillaria sp' ini, kata Yusuf, kini sudah dilirik Pemkab Karawang, meski pada awalnya hanya dipandang sebelah mata. (spn)