JAYAKERTA, KarawangNews.com - Setelah diberi ada warga yang sakit, usai acara silaturahminya Saan Mustopa mendatangi Tinem (45) yang sedang duduk terkulai di bale depan rumahnya di RT 09. RW 02, Dusun Sukajaya, Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta, Sabtu (29/9/2013) siang, Saan langsung menyapa ibu satu anak itu.
Kedua kaki ibu ini bengkak, dia didiagnosa mengidap penyakit Cikungunya oleh Puskesmas setempat. Kepada Saan, ibu yang berprofesi buruh tani ini mengeluhkan sakitnya yang sudah dua bulan tak kunjung sembuh.
�Badan pegal-pegal, kedua kaki pun senut-senut terasa sakit pak,� ucapnya sambil meringis kesakitan.
Suami Tinem hanya buruh giling padi yang penghasilannya Rp 20 ribu per hari, penghasilan pas-pasan itu hanya cukup untuk beli beras dan lauk sehari, untuk makan sekeluarga, sehingga Tinem dan keluarganya kesulitan membeli obat di apotek.
Memang selama ini dia sudah mengantongi surat miskin agar bisa berobat ke rumah sakit, tetapi lagi-lagi keluarganya terhalang ongkos pulang-pergi ke rumah sakit.
Melihat hal itu, Saan yang ditemani aparat desa setempat meminta agar pihak desa membawa Tinem ke rumah sakit hingga sakitnya sembuh.
�Sudah pak, surat-suratnya sudah diurus kemarin, besok akan saya bawa ke rumah sakit,� kata Ketua Dusun Sukajaya, Nurdin.
Kehadiran Saan di rumah reyot Tinem ini menjadi perhatian keluarga Tinem, yang memang sangat berharap ada yang peduli dan membantu deritanya itu. Tinem yang memiliki anak tunggal bernama Nova (12) yang sekarang duduk di Kelas 5 SD mengaku tidak keberatan mensekolahkan anaknya, karena anaknya itu sudah dibantu PKH (Program Keluarga Harapan) dan sekolahnya sudah gratis tanpa biaya. Hanya saja, dia masih berat memberikan alat tulis dan seragam sekolah.
Bahkan, Tinem pun salah satu keluarga yang mendapat BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Namun semua itu masih kurang, sehingga Tinem bersama suaminya harus bekerja sebagai buruh di penggilingan padi.
�Kalau sakit begini, saya tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya bisa menahan rasa nyeri di badan dan kaki ini,� kata Tinem. (spn)
Kedua kaki ibu ini bengkak, dia didiagnosa mengidap penyakit Cikungunya oleh Puskesmas setempat. Kepada Saan, ibu yang berprofesi buruh tani ini mengeluhkan sakitnya yang sudah dua bulan tak kunjung sembuh.
�Badan pegal-pegal, kedua kaki pun senut-senut terasa sakit pak,� ucapnya sambil meringis kesakitan.
Suami Tinem hanya buruh giling padi yang penghasilannya Rp 20 ribu per hari, penghasilan pas-pasan itu hanya cukup untuk beli beras dan lauk sehari, untuk makan sekeluarga, sehingga Tinem dan keluarganya kesulitan membeli obat di apotek.
Memang selama ini dia sudah mengantongi surat miskin agar bisa berobat ke rumah sakit, tetapi lagi-lagi keluarganya terhalang ongkos pulang-pergi ke rumah sakit.
Melihat hal itu, Saan yang ditemani aparat desa setempat meminta agar pihak desa membawa Tinem ke rumah sakit hingga sakitnya sembuh.
�Sudah pak, surat-suratnya sudah diurus kemarin, besok akan saya bawa ke rumah sakit,� kata Ketua Dusun Sukajaya, Nurdin.
Kehadiran Saan di rumah reyot Tinem ini menjadi perhatian keluarga Tinem, yang memang sangat berharap ada yang peduli dan membantu deritanya itu. Tinem yang memiliki anak tunggal bernama Nova (12) yang sekarang duduk di Kelas 5 SD mengaku tidak keberatan mensekolahkan anaknya, karena anaknya itu sudah dibantu PKH (Program Keluarga Harapan) dan sekolahnya sudah gratis tanpa biaya. Hanya saja, dia masih berat memberikan alat tulis dan seragam sekolah.
Bahkan, Tinem pun salah satu keluarga yang mendapat BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Namun semua itu masih kurang, sehingga Tinem bersama suaminya harus bekerja sebagai buruh di penggilingan padi.
�Kalau sakit begini, saya tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya bisa menahan rasa nyeri di badan dan kaki ini,� kata Tinem. (spn)