KARAWANG, KarawangNews.com - Saluran air rusak dan pemukiman yang rendah salah satu penyebab banjir di sejumlah daerah wilayah di Kabupaten Karawang, seperti pantauan yang dilakukan Ketua DPRD Karawang H. Tono Bahtiar, di Kampung Paracis, Kelurahan Tanjungpura, Karawang Barat, Jumat (24/1/2014), ratusan rumah di kampung ini terendam banjir setinggi perut orang dewasa.
Dijelaskan Tono Bahtiar, untuk mengatasi banjir akibat saluran mampet ini memang perlu kesadaran masyarakat, pihak Pemkab Karawang sejauh ini telah berusaha membenahi saluran air, tetapi memang masih banyak yang belum tersentuh.
"Saya sudah intruksikan ke Dinas Cipta Karya agar kerjasama dengan camat dan kepala desa agar turun ke pemukiman untuk melihat saluran air yang perlu dikeruk," jelasnya.
Kata dia, banjir ini tak hanya terjadi di Karawang, tetapi menyeluruh se-Indonesia, mengingat perubahan iklim dunia meningkat drastis di beberapa negara dan menyebabkan curah hujan tinggi di Banten, Jawa Barat, Jawa Jengah termasuk beberapa daerah lainnya.
"Fenomena alam ini tidak bisa dihadang, tetapi kita harus meminimalisir bencana itu," kata Tono.
Di tempat sama, Ketua Karang Taruna Tanjungpura, Deden Sopian, penanganan yang paling utama yaitu saluran air pembuang dari pemukiman agar mengalir ke sungai, juga infrastruktur jalan lingkungan yang menuju pemukiman agar aktivitas warga dan anak-anak sekolah tidak terhambat, terutama saat becek di musim hujan.
Pasca banjir, kata Deden, semua wilayah yang kena banjir atau tidak harus dilakukan penyemprotan mengantisipasi wabah DBD (Demam Berdarah Dengue), mengingat genangan air merata di setiap tempat.
"Yang sangat dibutuhkan korban banjir saat ini adalah sembako, kita sudah menyiapkan untuk warga," jelasnya.
Diketahui, banjir terbesar di Paracis terjadi pada 18-20 Januari 2014 dan sempat menggenangi jalan utama By Pass Pangkal Perjuangan dengan ketinggian air mencapai seperut orang dewasa. Ketika banjir tiga hari itu, jalan ditutup dan lalu lintas Karawang-Bekasi lumpuh. (spn)
Dijelaskan Tono Bahtiar, untuk mengatasi banjir akibat saluran mampet ini memang perlu kesadaran masyarakat, pihak Pemkab Karawang sejauh ini telah berusaha membenahi saluran air, tetapi memang masih banyak yang belum tersentuh.
"Saya sudah intruksikan ke Dinas Cipta Karya agar kerjasama dengan camat dan kepala desa agar turun ke pemukiman untuk melihat saluran air yang perlu dikeruk," jelasnya.
Kata dia, banjir ini tak hanya terjadi di Karawang, tetapi menyeluruh se-Indonesia, mengingat perubahan iklim dunia meningkat drastis di beberapa negara dan menyebabkan curah hujan tinggi di Banten, Jawa Barat, Jawa Jengah termasuk beberapa daerah lainnya.
"Fenomena alam ini tidak bisa dihadang, tetapi kita harus meminimalisir bencana itu," kata Tono.
Di tempat sama, Ketua Karang Taruna Tanjungpura, Deden Sopian, penanganan yang paling utama yaitu saluran air pembuang dari pemukiman agar mengalir ke sungai, juga infrastruktur jalan lingkungan yang menuju pemukiman agar aktivitas warga dan anak-anak sekolah tidak terhambat, terutama saat becek di musim hujan.
Pasca banjir, kata Deden, semua wilayah yang kena banjir atau tidak harus dilakukan penyemprotan mengantisipasi wabah DBD (Demam Berdarah Dengue), mengingat genangan air merata di setiap tempat.
"Yang sangat dibutuhkan korban banjir saat ini adalah sembako, kita sudah menyiapkan untuk warga," jelasnya.
Diketahui, banjir terbesar di Paracis terjadi pada 18-20 Januari 2014 dan sempat menggenangi jalan utama By Pass Pangkal Perjuangan dengan ketinggian air mencapai seperut orang dewasa. Ketika banjir tiga hari itu, jalan ditutup dan lalu lintas Karawang-Bekasi lumpuh. (spn)