KARAWANG, KarawangNews.com - PT. Pupuk Kujang memperkenalkan budaya seni 'karawitan' Sunda kepada para remaja dengan mengadakan Pasanggiri Layeutan Swara Pupuk Kujang 2013, Minggu (22/12/2013) siang. Acara ini diikuti 5 peserta dari tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama), 6 peserta SMA (Sekolah Menengah Atas) se-Kabupaten Karawang dan 10 peserta dari pegawai Pupuk Kujang.
Dijelaskan Direktur Utama PT. Pupuk Kujang, Bambang Tjahyono, pihaknya akan terus mensinergiskan budaya seni Sunda dengan pelajar, karena budaya seni ini harus tetap dipertahankan oleh generasi muda. Dengan begitu, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua memperkenalkan budaya seni Sunda kepada remaja saat ini.
�Diharap ini bisa memperkenalkan kepada remaja, tak hanya budaya barat yang selalu dibangga-banggakan remaja saat ini. Acara ini pun diharap bisa menciptakan masyarakat lebih cinta budaya Sunda, targetnya yaitu para remaja,� ucapnya.
Sementara itu, Bupati Karawang Drs. H. Ade Swara yang hadir dalam acara ini menyatakan, Pemkab Karawang tentu sangat mendukung acara 'karawitan' Sunda yang diikuti pelajar dan pegawai Pupuk Kujang ini. Pemkab melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki sejumlah program untuk memasyarakatkan budaya seni Sunda ini.
�Kita dukung acara ini, budaya seni Sunda harus bisa dipertahankan, terutama diperkenalkan lebih dekat kepada para pelajar sekolah di Kabupaten Karawang, supaya budaya kita lebih lekat dengan kehidupan masyarakat,� ucapnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. H. Dadan Sugardan, MM, budaya Sunda tidak akan punah, karena budaya adalah kristalisasi dari perilaku kehidupan manusia. Deengan demikian, pihaknya akan kembali menggugah masyarakat agar kembali mengenal budaya Sunda.
Pada lomba Pasanggiri Layeutan Swara Pupuk Kujang 2013 ini, setiap peserta wajib membawakan lagu atau �layeutan swara� yang berjudul �Pupuk Kujang Makalangan� ciptaan Alm. Soleh Rauf sekitar tahun 1980-an, sedangkan untuk lagu kedua peserta bebas memilih lagu yang diinginkan.
Sekedar diketahui, istilah 'layeutan swara' ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan swara identik dengan istilah paduan suara dalam musik. Pada mulanya rampak sekar ini merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang dikatakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara.
Jumlah peserta �layeutan swara� dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Jumlah itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diketengahkan dalam suatu aubade, dimana jumlah penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Untuk istilah layeutan suara, seorang seniman dan musikolog Sunda, Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah pra lagam atau banyak lagamnya. (spn)
Dijelaskan Direktur Utama PT. Pupuk Kujang, Bambang Tjahyono, pihaknya akan terus mensinergiskan budaya seni Sunda dengan pelajar, karena budaya seni ini harus tetap dipertahankan oleh generasi muda. Dengan begitu, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua memperkenalkan budaya seni Sunda kepada remaja saat ini.
�Diharap ini bisa memperkenalkan kepada remaja, tak hanya budaya barat yang selalu dibangga-banggakan remaja saat ini. Acara ini pun diharap bisa menciptakan masyarakat lebih cinta budaya Sunda, targetnya yaitu para remaja,� ucapnya.
Sementara itu, Bupati Karawang Drs. H. Ade Swara yang hadir dalam acara ini menyatakan, Pemkab Karawang tentu sangat mendukung acara 'karawitan' Sunda yang diikuti pelajar dan pegawai Pupuk Kujang ini. Pemkab melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki sejumlah program untuk memasyarakatkan budaya seni Sunda ini.
�Kita dukung acara ini, budaya seni Sunda harus bisa dipertahankan, terutama diperkenalkan lebih dekat kepada para pelajar sekolah di Kabupaten Karawang, supaya budaya kita lebih lekat dengan kehidupan masyarakat,� ucapnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. H. Dadan Sugardan, MM, budaya Sunda tidak akan punah, karena budaya adalah kristalisasi dari perilaku kehidupan manusia. Deengan demikian, pihaknya akan kembali menggugah masyarakat agar kembali mengenal budaya Sunda.
Pada lomba Pasanggiri Layeutan Swara Pupuk Kujang 2013 ini, setiap peserta wajib membawakan lagu atau �layeutan swara� yang berjudul �Pupuk Kujang Makalangan� ciptaan Alm. Soleh Rauf sekitar tahun 1980-an, sedangkan untuk lagu kedua peserta bebas memilih lagu yang diinginkan.
Sekedar diketahui, istilah 'layeutan swara' ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan swara identik dengan istilah paduan suara dalam musik. Pada mulanya rampak sekar ini merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang dikatakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara.
Jumlah peserta �layeutan swara� dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Jumlah itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diketengahkan dalam suatu aubade, dimana jumlah penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Untuk istilah layeutan suara, seorang seniman dan musikolog Sunda, Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah pra lagam atau banyak lagamnya. (spn)