Ssayangnya, pengusaha pelaku aksi penambangan keras kepala. Mereka memaksakan kehendak dengan memasukan alat berat mesin pengebor batu ke lokasi pertambangan. Hal ini kemudian memicu reaksi warga dan melakukan penolakan terhadap mesin penambang batu tersebut.
Seperti diungkapkan Kepala Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Baehaki, baru-baru ini. Menurut dia, pengusaha tidak menganggap reaksi yang muncul ditengah masyaSKt. "Bahkan informasi yang sampai ke saya, pengusaha sudah sempat mengoperasionalkan alat berat tersebut," ucap Baehaki. Hal itu menurut menurut memicu aksi damai warga dan meminta pada pihak pengusaha untuk mengeluarkan alat berat yang sudah ada dilokasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, kisruh penambangan batu andesit di perbukitan Blok Cibonteng, Gunung Cipaga, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwalru belum berakhir. Terakhir setelah penolakan warga desa ternyata diam-diam pihak perusahaan penambang menyelundupkan mesin giling ke area pertambangan tersebut.
Dalam musyawarah yang dilakukan warga menginginkan agar penambangan dilakukan secara manual. Warga berpendapat jika penambangan dilakukan dengan menggunakan mesin akan menciptakan kerusakan lingkungan. �Kami selaku warga yang terdekat dengan lokasi yang dijadikan tempat penggilingan batu akan tetap menolak,� ujar Ojos (30), warga setempat.
Ojos menilai, jika penambangan dilakukan sederhana dengan menggunakan martil paling tidak bisa meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan. Saat ini, selain warga desa Wargasetra warga desa Cigunungsai juga tidak sedikit yang melakukan aktivitas menambangnya di lokasi pertambangan tersebut. Selain warga desa Cipurwasari yang mencapai ratusan orang, dan sudah dilakukan sejak puluhan lalu. (ark)