KARAWANG, SK - Baru hitungan hari diratakan, gubuk prostitusi di sisi rel (seer) sudah kembali bergeliat. Tenda-tenda berwarna biru, bangku kayu, serta kamar reyot yang dibangun alakadarnya lengkap dengan wanita penghibur tetap terlihat seperti sediakala.
"Hasil patroli, ada sekitar 15 bangunan dan tempat eksekusi (kamar)," ujar Kabid Trantibum Sat Pol PP Karawang Basuki Racmat, di ruang kerjanya, Senin (23/6).
Ia mengaku, meski anggotanya sudah memberikan teguran agar tidak mendirikan bangunan, tapi peringatan tersebut tidak ditanggapi. "Kita sudah tegur tapi tidak digubris," katanya.
Menurut Basuki, seharusnya PT KAI selaku pemilik lahan bertindak tegas, tapi kenyataannya perusahaan perkeretaapian tersebut terkesan cuek. Padahal, pembongkaran bangunan mesum tersebut menelan anggaran sekitar Rp 48 juta. "Seharusnya setelah ditertibkan itu jagoannya yang punya lahan (PT KAI). Kita bantuin yang punya lahan, tapi malah tidak ada tindaklanjutnya. Kerja capek, capek hati," sesalnya.
Meski begitu, Basuki menegaskan penertiban akan kembali dilakukan. Sehingga selama bulan suci Ramadan tidak ada tempat prostitusi. "Saya mah konsekuen, itu harus dibongkar lagi," ujarnya.
Ditempat terpisah, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Karawang Gamal Abdul Nasser menyayangkan hal ini, menurutnya pemerintah maupun PT. KAI tidak serius memberangus hingga tuntas praktek prostitusi di Seer. "Itu mah lagu lama, saling tuding, karena kedua-duanya gak serius. Kalau memang mau dibersihkan, mereka harus mengawasi lahan itu," serunya.
Gamal berharap, selama bulan Ramadan nanti seluruh lokasi yang menjadi tempat praktek esek-esek ditutup total. Sehingga umat Islam dapat beribadah dengan khusyuk. "Di bulan puasa ga ada tempat maksiat, jadi harus sama-sama menghormati," tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran SK, perempuan yang menjajakan makanan di kawasan Seer mencoba menawari perempuan. Namun lokasinya di gedung lingkungan Stasiun Karawang. "Mau ngamar gak? Kalau mau di gedung," imbuhnya sore itu.
Ia mengungkapkan, pasca pembongkaran gubuk Seer, aktivitas prostitusi masih ada walaupun harus kucing-kucingan dengan petugas. Meski begitu, mereka mengaku tetap nekat membuka praktek ketika bulan Ramadan. "Kucing-kucingan, biasa bulan puasa dirazia, tapi kalau malam buka," pungkas wania di sisi rel ini. (vid)