Namun menurut Riana Kurniana (25), warga Dusun Bojong, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok menuturkan, selain faktor kultur yang sudah terbangun selama ini, hal tersebut juga akibat dari kurangnya pemahaman yang utuh akan tugas perempuan dalam konteks pembangunan dan partisipasi politiknya. �Wanita sekarang terjebak semboyan �tiang wingking� alias orang yang mengurusi wilayah belakang rumah. Sehingga para wanita cenderung memilih menjadi ibu rumah tangga saja, padahal potensi wanita sangat besar dan sepada dengan laki-laki baik secara tugas maupun hak-haknya, termasuk partisipasi politik,� tandasnya.
Srikandi Rengasdengklok tersebut juga berpandangan akan pentingnya memberi pemahaman yang utuh kepada para perempuan tentang kesetaraan gender dalam dunia yang semakin maju dan berkembang saat ini. Disinggung mengenai kemampuan fisik dan psikologis yang menjadi pembeda laki-laki dan perempuan dirinya menolak pandangan tersebut. �Pembeda wanita dan laki-laki hanya kodrat, bahwa laki-laki secara fisik berbeda dengan perempuan. Tapi diluar itu semua, tidak ada ukuran pembeda yang jelas bahwa apa yang dilakukan laki-laki tidak bisa dilakukan perempuan,� jelas wanita penggemar berat Rasulullah SAW ini.(fah)