TEGALWARU, SK - Penolakan warga Kampung Cipaga, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, terhadap aktivitas tambang di wilayahnya tidak main-main. Selain mensterilkan alat berat, warga juga membakar sepeda motor milik oknum LSM yang menjadi beking pertambangan liar di Blok Cibonteng, Gunung Cipaga itu.
Aksi pembakaran yang dilakukan spontan oleh warga tersebut, bermula ketika sejumlah orang dari LSM yang membekingi pertambangan liar membuntuti dua orang warga Cipaga usai menggelar kesepakatan antara pengusaha dengan pemerintah, dan tokoh masyaSKt di kantor Desa Wargasetra, kemarin.
Sesampainya di rumah, tiba-tiba dua orang warga yang diketahui bernama Ahmad Hakim (30) dan Ule (33) dikeroyok oleh enam orang dengan menggunakan kayu. Saat dipukuli, Ule yang mempunyai kesempatan melarikan diri, langsung menuju kantor desa. Kebetulan, warga yang saat itu masih berkumpul di kantor desa, langsung menuju lokasi pemukulan setelah mendengar laporan dari korban. Sesampainya di lokasi, sekelompok orang yang sedang asyik memukuli Ahmad langsung lari tunggang langgang ketika melihat kedatangan warga. Kesal dengan perbuatan oknum LSM tersebut, warga melampiaskan kemarahannya dengan membakar kendaraan motor yang ditinggalkan pelaku. "Tangan saya memar menangkis setiap serangan pelaku. Saya berharap kejadian pemukulan ini diproses secara hukum. Sebab selama ini yang menjadi provokator keributan adalah LSM itu," tutur Ahmad.
Kepala Desa Wargasetra Baehaki mengatakan, warga kecewa terhadap pengusaha, terlebih kepada LSM yang seharusnya ikut menciptakan suasana kondusif, bukan malah berulah sebaliknya. "Warga kecewa pada LSM, bukannya membela masyaSKt malah berpihak kepada pengusaha. Terlebih ketika mereka memukuli warga kami," ujarnya.
Ia melanjutkan, sebetulnya persoalan warga dengan pengusaha pertambangan selesai, ketika pihak pengusaha sepakat untuk menurunkan alat beratnya di Blok Cibonteng. Tapi, keadaan menjadi tegang setelah oknum LSM tersebut menyakiti warganya. "Sebenarnya penolakan ini sudah dilakukan dengan beberapa tahap, namun pengusaha itu ngotot. Penolakan warga tidak dianggap, hingga akhirnya mereka (pengusaha) menggunakan jasa LSM untuk melindungi usaha pertambangan liarnya," ucapnya.
Secara terpisah, koordinator lapangan (korlap) aksi damai penolakan pertambangan Blok Cibonteng, H As�adudin, menyampaikan, proses aksi sebenarnya berjalan sesuai rencana. Namun, proses perundingan menjadi tercoreng ketika oknum LSM menyerang warga. "Massa tidak ada yang berbuat anarkis. Bahkan untuk alat berat sampai diturunkan oleh massa dan keamanannya dijamin oleh warga. Namun kenapa setelah prosesnya selesai, tiba-tiba oknum LSM yang membekingi perusahaan menyerang warga. Maka wajar jika warga marah," ungkapnya. (ark)