"Ngajar, pokoknya luar biasa, harus sabar, harus bisa sambil bermain, serta harus memiliki inovasi agar para siswa tidak merasa bosan," ujar perempuan berkerudung ini.
Dia mengaku, mengajar anak-anak yang usianya di bawah lima tahun lebih sulit dibanding siswa yang sudah mengerti atau dewasa. Terlebih memang pola pengajaran TAAM itu tidak diarahkan kepada baca dan tulis. "Tapi sambil bermain, didalamnya memang sambil menyampaikan pesan, kalau menghitung misalkan, kita menyiapkan bola sebanyak yang mau dihitung dan begitu seterusnya," ujarnya.
Pokoknya, bermain sambil belajar, karenanya, memang harus siap dengan semua resikonya, mulai dari anak-anak yang tidak bisa diatur sampai yang nangis dan sebagainya. "Makanya kesabaran itu juga menjadi faktor yang paling utama untuk bisa mengajar anak-anak," ujarnya.
Dia mengaku bangga dengan profesi yang dijalaninya, karena dengan profesi yang digelutinya saat ini, bisa memberikan kontdibusi untuk mencerdaskan anak bangsa. (zie)