KARAWANG, KarawangNews.com - Teguh Pujo Budi Santoso ST, (49) warga Jember, Jawa Timur mengayuh sepedanya ribuan kilo meter keliling Asia Tenggara dan Eropa. Ayah dua anak ini, Jumat (21/2) lalu singgah untuk istirahat di Sekretariat DPC PDI Perjuangan Karawang, rencananya dia akan mengayuh sepedanya lagi hari Senin (24/2/2014) tujuan Jakarta, setelah itu dia akan ke Arab dan Eropa dengan perjalan selama 1,5 tahun kedepan.
Dia mengayuh Poligon tersebut dilakukan sejak 7 tahun lalu, dia sudah keliling dunia ke Negara Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Timor Leste dan Iraq, tahun ini dia akan menempuh perjalan jauh ke Arab Saudi juga Eropa. Mengayuh sepeda keliling Asia-Eropa ini dilakukan Pujo untuk menyembuhkan sakit stroke-nya.
�Saya sakit stroke selama 6 tahun, ketika sakit saya bernazar, jika sembuh saya akan keliling dunia dengan bersepeda, karena dengan bersepeda semua otot digerakan dan sakit saya pun berangsur sembuh,� jelasnya.
Sebelum ke sekretariat PDI Perjuangan, Pujo mendatangi Rumah Dinas Bupati (RDB) siang harinya, bupati pun menulis kata-kata motivasi di buku besar milik Pujo yang dia bawa selama keliling dunia, di buku itu tercatat pesan-pesan dari tokoh daerah yang dia kunjungi. Selama perjalanan tersebut, Pujo mengaku tak punya kendala berarti, kecuali ban kempes, karena dia harus mendorong sepedanya yang berat penuh dengan tas-tas berisi perbekalan.
�Keluarga saya tahu keberadaan saya hari ini, karena setiap waktu saya telepon mereka. Bahkan saya pun punya �tustel� (kamera, red) untuk bisa berfoto bersama pejabat dan orang-orang penting selama perjalanan ini,� akunya.
Diceritakannya, sebelum sakit dia bekerja sebagai teknisi mesin di kapal layar, tetapi perusahaannya tak lagi memutuhkannya ketika Pujo sakit stroke. Kini dia hanya punya semangat tinggi untuk menyembuhkan sakitnya tersebut dengan mengayuh sepeda sejauh-jauhnya. Dengan berbekal mantan mekanik kapal layar tersebut, Pujo tak harus bayar tiket selama perjalanannya mengaruhi lautan lepas menuju negara tujuannya, karena sebagian teknisi mesin kapal layar di Indonesia mengenalnya.
Saat ditemui penulis, kondisi Pujo sulit berbicara akibat sakitnya itu, kemudian matanya pun rabun, sehingga sulit melakukan perjalanan di malam hari. Namun, tubuhnya tetap tegap dan raut wajahnya tak sedikit pun menunjukan letih meski seharian mengayuh sepedanya hingga ratusan kilo meter sehari.
�Saya meninggalkan istri yang punya usaha di sana, juga dua anak yang masih sekolah. Keluarga saya tidak keberatan saya seperti ini, malah mereka mendukung,� jelas Pujo. (spn)
Dia mengayuh Poligon tersebut dilakukan sejak 7 tahun lalu, dia sudah keliling dunia ke Negara Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Timor Leste dan Iraq, tahun ini dia akan menempuh perjalan jauh ke Arab Saudi juga Eropa. Mengayuh sepeda keliling Asia-Eropa ini dilakukan Pujo untuk menyembuhkan sakit stroke-nya.
�Saya sakit stroke selama 6 tahun, ketika sakit saya bernazar, jika sembuh saya akan keliling dunia dengan bersepeda, karena dengan bersepeda semua otot digerakan dan sakit saya pun berangsur sembuh,� jelasnya.
Sebelum ke sekretariat PDI Perjuangan, Pujo mendatangi Rumah Dinas Bupati (RDB) siang harinya, bupati pun menulis kata-kata motivasi di buku besar milik Pujo yang dia bawa selama keliling dunia, di buku itu tercatat pesan-pesan dari tokoh daerah yang dia kunjungi. Selama perjalanan tersebut, Pujo mengaku tak punya kendala berarti, kecuali ban kempes, karena dia harus mendorong sepedanya yang berat penuh dengan tas-tas berisi perbekalan.
�Keluarga saya tahu keberadaan saya hari ini, karena setiap waktu saya telepon mereka. Bahkan saya pun punya �tustel� (kamera, red) untuk bisa berfoto bersama pejabat dan orang-orang penting selama perjalanan ini,� akunya.
Diceritakannya, sebelum sakit dia bekerja sebagai teknisi mesin di kapal layar, tetapi perusahaannya tak lagi memutuhkannya ketika Pujo sakit stroke. Kini dia hanya punya semangat tinggi untuk menyembuhkan sakitnya tersebut dengan mengayuh sepeda sejauh-jauhnya. Dengan berbekal mantan mekanik kapal layar tersebut, Pujo tak harus bayar tiket selama perjalanannya mengaruhi lautan lepas menuju negara tujuannya, karena sebagian teknisi mesin kapal layar di Indonesia mengenalnya.
Saat ditemui penulis, kondisi Pujo sulit berbicara akibat sakitnya itu, kemudian matanya pun rabun, sehingga sulit melakukan perjalanan di malam hari. Namun, tubuhnya tetap tegap dan raut wajahnya tak sedikit pun menunjukan letih meski seharian mengayuh sepedanya hingga ratusan kilo meter sehari.
�Saya meninggalkan istri yang punya usaha di sana, juga dua anak yang masih sekolah. Keluarga saya tidak keberatan saya seperti ini, malah mereka mendukung,� jelas Pujo. (spn)